Saturday 18 August 2012

Bab: Islam, Haji, dan Hijrah Meruntuhkan Dosa-Dosa Sebelumnya

( 64 ) Diriwayatkan dari Ibn Syumasah Al-Mahri r.a.: Kami pergi mendatangi 'Amr bin "Ash r.a. sewaktu menjelang kematiannya. Dia menangis cukup lama dan memalingkan wajahnya ke dinding. Lalu anaknya berkata, "Wahai ayah, bukankah Rasulullah SAW. telah memberi kabar gembira kepadamu dengan anu?" "Bukankah Rasulullah SAW. telah memberi kabar gembira kepadamu dengan anu?" 'Amr bin 'Ash r.a. lalu menghadapkan wajahnya kepadanya seraya berkata, "Sesungguhnya, bekal kita yang paling utama yang kita siapkan adalah kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sungguh, aku ini sudah mengalami tiga tahap pengalaman hidup, yaitu tidak ada seorang pun yang lebih membenci Rasulullah SAW. daripadaku, dan tidak ada yang paling aku inginkan melainkan aku dapat membunuhnya; andaikan aku mati dalam keadaan seperti itu, pasti aku menjadi ahli neraka." Setelah Allah memancarkan sinar Islam ke dalam hatiku, aku mendatangi Nabi SAW., lalu aku mengatakan, "Ulurkanlah tangan kanan engkau,aku hendak berbajat kepada engkau." Lalu beliau mengulurkannya; tetapi aku segera menarik kembali tanganku. Beliau bertanya, "Apakah yang terjadi denganmu wahai 'Amr?" Aku menjawab, "Aku hendak masuk Islam, tetapi aku hendak memberi syarat." Beliau bertanya, "Syarat apakah itu?" Aku menjawab, "Dosaku dapat diampuni." Beliau bersabda, "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu meruntuhkan dosa-dosa sebelumnya? Hijrah meruntuhkan dosa-dosa sebelumnya? Dan haji meruntuhkan dosa-dosas sebelumnya?" Setelah itu, tak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah SAW. dan tak ada seorang pun yang lebih mulia di mataku daripada beliau, dan aku tidak mempu memandang beliau berlama-lama karena keagungan beliau; andaikan aku diminta untuk menerangkan sifat beliau, aku tidak mampu menerangkannya karena aku tidak pernah memandang beliau berlama-lama; andaikan aku mati dalam keadaan seperti itu, aku berharap dapat menjadi penghuni surga. Setelah itu, banyak kejadian yang kami lewati dan aku tidak mengetahui bagaimana keadaanku di dalamnya. Oleh karena itu, kalau aku mati, jangan ada seorang pun yang mengiringiku dengan ratapan dan jangan pula dengan api; apabila kamu menguburku, ratakanlah tanah kuburanku, kemudian berdiamlah kamu sebatas lamanya kamu menyembelih unta dan membagikan dagingnya hingga aku dapat merasa lega karenamu, dan aku menimbang-nimbang dan berpikir, apa yang akan aku jawabkan kepada malaikat utusan Allah kepadaku (Munkar dan Nakir, penanya mayat dalam kubur. (1: 78 - 79 - S.M.)