Friday 13 September 2013

Bab: Iddah Wafat bagi Wanita Hamil

( 858 ) Diriwayatkan dari 'Ubaidillah bin 'Abdillah bin 'Utbah bahawa ayahnya pernah mengirim surat kepada 'Umar bin 'Abdillah bin Arqam Al-Zuhri. Ayahnya itu menyuruh 'Umar untuk pergi menemui Subai'ah binti Harits Al-Aslamiyyah guna bertanya tentang hadis yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. kepadanya sewaktu dia memohon fatwa kepada beliau. Setelah 'Umar bin 'Abdillah pergi menemui Subai'ah, dia mengirim surat balasan kepada 'Abdillah bin 'Utbah, mengabarkan kepadanya bahawa Subai'ah mengatakan bahawa dia dahulunya adalah isteri Sa'd bin Khaulah dari Bani bin Luay, seorang sahabat Nabi SAW. yang turut dalam Perang Badar. Kemudian Sa'd meninggal dunia pada waktu Haji Wada', sedangkan Subai'ah dalam keadaan hamil tua. Tidak lama sesudah Sa'd meninggal dunia, Subai'ah bersalin. Setelah suci dari nifasnya, Subai'ah berhias diri, dengan harapan ada orang yang sudi melamarnya. Maka, datanglah seorang laki-laki dari Bani 'Abd Al-Dar, bernama Abu Sanabil bin Ba'kak seraya berkata kepadanya, "Mengapa aku melihat engkau berhias diri, barangkali engkau punya keinginan untuk menikah lagi? Sungguh, engkau tidak boleh menikah lagi sebelum empat bulan sepuluh hari (masa iddah wafat)!" Subai'ah berkata, "Setelah dia berkata demikian, pada sore hari itu juga saya bergegas-gegas mengenakan pakaian saya dan pergi menghadap Rasulullah SAW., bertanya tentang masalah ini. Kemudian beliau memberikan fatwa bahawa saya telah halal menikah lagi sejak selesai bersalin, lalu beliau menyuruh menikah kalau saya mahu. Ibn Syihab (seorang ahli hukum dari kalangan tabiin) berkata, "Aku berpendapat, tidaklah mengapa seorang janda menikah lagi setelah bersalin, walaupun nifasnya belum putus, hanya saja, sang suami tidak boleh menggaulinya hingga sang isteri bersuci." (4: 201 - S.M.)